Makanan "Aurat"
Suaranya bagus dan merdu, tapi sayang, aurat loh. Katanya siapa?
Ada yang bilang suara wanita itu aurat. Tunggu dulu. Aurat itu apa? Kenapa diklaim aurat? Apakah suara itu bisa disamakan dengan aurat? Jika yang bilang adalah orang yang baru belajar agama, mungkin masih bisa disenyumin saja, karena biasanya dia akan menerima semua fatwa tanpa diimbangi nalar kritis yang rasional.
Lalu apa aurat itu? Kata aurat ini diambil dari bahasa Arab عورة yang oleh sementara ulama dinyatakan terambil dari kata عور yang berarti "hilang perasaan". Jika kata tersebut dikaitkan dengan mata, maka ia berarti "hilang potensi pandangan" (buta) tapi biasanya ia hanya digunakan bagi buta sebelah.
Sedangkan bila kata itu digandengkan dengan "kalimat" maka ia berarti "ucapan yang kosong dari kebenaran atau tidak berdasar, atau ucapan buruk dan mengundang amarah pendengarnya". Dari makna-makna di atas kata aurat dipahami dalam arti sesuatu yang buruk, atau rawan dan dapat menimbulkan bahaya dan rasa malu.
Al-Qur'an menggunakan makna yang terakhir ini ketika merekam ucapan kaum munafik yang enggan meninggalkan kampung halaman mereka menuju medan juang. Mereka berdalih sebagaimana terbaca dalam QS. al-Ahzab (33): 13 ان بيوتنا عورة artinya, "sesungguhnya rumah-rumah kami sangat rawan".
Dalam QS. an-Nur (24): 58 dinyatakan bahwa ada tiga waktu yang merupakan 'aurat' di sini dalam arti rawan, sehingga siapapun, harus meminta izin sebelum menemui seseorang saat-saat itu. 1. Sebelum shalat subuh, karena ketika itu adalah waktu bangun tidur dan pakaian sehari-hari belum dipakai. 2. Ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) kamu di tengah hari karena ketika itu kamu akan berbaring atau istirahat. 3. Sesudah shalat isya' sampai sepanjang malam karena ketika itu kamu telah bersiap tidur atau sedang tidur.
Katiga waktu itu rawan untuk terganggunya privasi seseorang sehingga diperlukan izin khusus agar setiap orang dapat merasa aman dari gangguan orang lain.
Kata عورة (aurah) sering kali dipersamakan dengan سوءة (sau'ah) yang secara harfiah dapat diartikan sesuatu yang buruk. Akan tetapi dari sekian contoh penggunaannya di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak semua yang buruk adalah aurat, dan tidak semua aurat pasti buruk.
Tubuh wanita cantik yang harus ditutup bukanlah sesuatu yang buruk, ia hanya buruk dan dapat berdampak buruk jika dipandang oleh yang bukan mahramnya. Dengan demikian, bahasan tentang aurat dalam ajaran Islam adalah bahasan tentang bagian-bagian tubuh atau sikap dan kelakuan yang rawan mengundang kedurhakaan serta bahaya.
Dalam pandangan pakar hukum Islam, aurat adalah bagian dari tubuh manusia yang pada prinsipnya tidak boleh kelihatan, kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan yang mendesak.
Pertanyaannya, apakah suara termasuk bagian dari tubuh? Apakah suara bisa dilihat? Dalam kita حاشية البجيرمي dijelaskan:
وصوتها ليس بعورة على ألا صح لكن يحرم الاصغا ء عند خوف الفتنة
Artinya: “Dan suara wanita menurut pendapat yang paling shahih (benar) tidak termasuk aurat tetapi haram mendengarkannya dengan seksama bila dikhawatirkan terjadi fitnah”.
Imam Nawawi dalam kitabnya روضة الطالبين menyatakan bahwa pada dasarnya suara wanita bukanlah aurat, akan tetapi hal tersebut bisa berubah hukumnya ketika dalam keadaan ditakutkan adanya fitnah.
Mengenai suara wanita, para ulama memang berbeda pendapat mengenai hukumnya. Namun, jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa suara wanita bukanlah aurat. Terkait karena takut menimbulkan syahwat dan fitnah, kita kebalikan kepada mental individu masing-masing. Kalau kita tidak "bermental aurat" ya aman saja.
Sebenarnya, suara laki-laki juga bisa menimbulkan syahwat dan fitnah bagi perempuan. Misal para "akhwat" yang suka korea-korea gitu, kalau bersyahwat ketika mendengarkannya, maka itu juga aurat loh. Hehe.... Jadi jangan hanya wanita yang diadili suaranya aurat, laki-laki juga. Semuanya kembalikan kepada pikiran masing-masing dan niatnya. Bagi admin, sholawatan di atas yang suaranya merdu dan dinyanyikan mbak cantik, bukan aurat, karena admin tidak "bermental aurat". Hehehe
Sumber: Mahasiswa NU UB
Comments
Post a Comment